Jumat, 04 Desember 2009

BUDIDAYA RUMPUT LAUT GRACILARIA SP.DI TAMBAK

Teknik Budidaya Rumput Laut Gracillaria sp. Di Tambak

A. Konstruksi Petak Tambak Dan Saluran

Untuk tambak baru selesai konstruksi, sebelum operasionalnya dimulai, terlebih dahulu yang harus diperhatikan yaitu pengecekan konstruksi tambak guna mengetahui kemungkinan adanya kebocoran di pematang dan pintu air, selain untuk mengetahui juga kemampuan tanggul menahan volume air maksimal.

Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan rumput laut ditambak terpadu selama pemeliharannya antara lain ekologi dan konstruksi tambak. Beberapa syarat tambak pemeliharaan rumput laut Gracillaria sp. Terpadu (polikultur) dengan udang atau bandeng yaitu:

- Lokasi tambak dekat dengan pantai;

- Tersedianya sumber air tawar untuk menurunkan salinitas;

- Areal terlindung angin;

- Perbedaan pasang surut yang cukup sehingga memudahkan pergantian air tambak;

- Dasar perairan terdiri dari pasir dan lumpur;

- Pergantian air laut dilakukan 30%, setiap tiga hari atau seminggu dua kali.

Dalam melakukan usaha budidaya ikan, masalah konstruksi petakan tambak sebaiknya harus disesuaikan dengan teknologi yang akan diterapkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan perbaikan konstruksi tambak budidaya rumput laut terpadu/polikultur (rumput laut dengan udang/bandeng) antara lain :

1. Bentuk tambak budidaya

a. Luas petakan berkisar 1 ha dan berbentuk persegi panjang;

b. Setiap pematang tambak terdapat gundukan tanah yang memanjang dan membentuk sekat-sekat berfungsi mencegah mengumpulnya rumput laut pada salah satu bagian tambak;

c. Dasar tambak tanah berlumpur dan sedikit berpasir;

d. Pintu air dua buah untuk setiap petak, yang berfungsi sebagai pintu pemasukan dan pintu pembuangan;

e. Kedalaman air antara 50 - 100 cm;

f. Kontur tanah melandai 5 - 10 cm;

2. Pematang

Pematang utama/tanggul utama merupakan bangunan keliling tambak yang gunanya untuk menahan air serta melindungi unit tambak dari bahaya banjir, erosi dan air pasang. Oleh karena itu dalam konstruksinya pematang/tanggul harus dibangun benar-benar kuat, bebas dari bocoran dan aman dari kemungkinan longsor.

3. Pintu air

Dalam petakan tambak pintu air merupakan pengendali dan oengatur air dalam operasional budidaya. Oleh karena itu dalam budidaya di tambak jumlah pintu air tergantung tingkat teknologi yang diterapkan. Di petakan tambak biasanya pintu air terdiri atas dua macam yaitu pintu air pemasukan dan pembuangan.

4. Saluran air

Di dalam petakan tambak terdapat saluran air yang berfungsi untuk memasukan air setiap saat secara mudah, baik untuk mengalirkan air dari laut ataupun air tawar dari sungai/irigasi.

B. Pemeliharaan Gracillaria sp.

Usaha budidaya rumput laut gracillaria sp, di tambak dalam pelaksanaanya dapat dilakukan secara monokultural maupun polikultural (terpadu). Namun kalau ditinjau darai dua cara budidaya diatas, untuk budidaya polikultur ternyata lebih menguntungkan di bandingkan dengan cara monokultur. Hal ini karena dalam budidaya rumput laut secara polikultur dapat meningkatkan efesiensi penggunaan lahan dan pendapatan pembudidaya ikan secara berkesinambungan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan rumput laut Gracillaria sp. Di tambak secara polikultur dengan udang dan atau bandeng yaitu :

1. Persiapan Penanaman

a. Persiapan Lahan

Sebelum benih/bibit ditebar ke dalam petakan tambak, kegiatan persiapan lahan yang terlebih dahulu harus dilakukan yaitu dasar petakan tambak dibersihkan dari hewan-hewan predator. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam rangka persiapan lahan petakan tambak.

- Pengangkatan dasar tambak atau lumpur ke atas pematang dan setelah kering dimasukan kembali ke dalam tambak;

- Kegiatan ini hanya dilakukan setelah panen dan sebelum penanaman;

- Saluran air yang ditumbuhi lumut maupun ditutupi tanah dasar tambak dibersihkan untuk menjaga sirkulasi air agar tetap lancar;

- Untuk mempercepat pertumbuhan, dapat juga dipupuk dengan menggunakan pupuk dan unsure hara 450kg/ha;

b. Penyediaan bibit rumput laut dan benih ikan/udang

Penyediaan bibit rumput laut awalnya dilakukan dengan koordinasi dan bantuan dari perusahaan yang mengembangkan bibit untuk jenis rumput laut pilihan yang telah teruji dan dapat memenuhi persyaratan mutu, baik untuk pasar lokal maupun pasar ekspor.

Yang harus diperhatikan dalam membawa bibit rumput laut agar tidak terjadi kematian selama dalam perjalanan adalah :

- Bibit harus tetap dalam kemasan basah/lembab selama dalam perjalanan;

- Tidak terkena air tawar atau hujan;

- Tidak terkena minyak atau kotoran-kotoran lain;

- Jauh dari sumber panas seperti mesin kendaraan an lainnya;

Cara pengepakan bibit :

- Diperlukan kantong plastic yang lebar sesuai dengan potongan-potongan bibit rumput laut yang akan dibawa;

- Menyusun bibit rumput laut ke dalam kantong plastic tanpa dipadatkan agar bibit tidak rusak, kemudian mengikat bagian atas kantong plastic dgn tali;

- Membuat lubang pada bagian atasnya dng menggunakan jarum;

- Memasukan kantong plastik ke dalam kotak karton;

Setelah sampai tujuan, bibit harus dibuka dan direndam dalam air tambak supaya bibit cepat beradaptasi dari perairan asalnya ke perairan yang baru dimana bibit akan dibudidayakan.

Setelah dilakukan perendaman selama 1 – 2 hari barulah dilakukan pemilihan bibit yang masih baik. Secara umum memilih bibit yang baik dapat dilihat agak gelap dan tidak pucat. Untuk memperanyak bibit selanjutnya dapat dilakukan secara pemotongan (vegetative) setelah bibit tersebut berumur 2 – 4 minggu.

Untuk benih bandeng dan udang disarankan diambil dari hatchery yang baik (bersertifikat )agar mendapatkan hasil yang baik.

c. Penanaman bibit

Penanaman bibit rumput laut di tambak dilakukan dng menggunakan metode broadcast, dimana bibit ditebar di seluruh bagian tambak.

Penebaran dengan cara ini punya keuntungan yaitu biaya murah, penanaman maupun pengelolaanya.

Waktu penebaran dilakukan pada atau sore hari agar rumput laut tidak mengalami kekeringan. Pada penanaman pertama, rumput laut harus diambil dari nursery (gudang bibit) agar menjaga kualitasnya. Untuk penanaman selanjutnya, bibit rumput laut dapat diambil sebagian kecil dari hasil panen. Apabila kondisi salinitas dan alam mendukung rumput laut tadi akan tumbuh optimal dan menghasilkan spora yang merupakan cikal bakal bibit rumput laut.

Periode penanaman perdana dilakukan selama 4 bulan, setiap bulan apabila sudah terlihat bongkahan-bongkahan, maka dilakukan penyebaran ulang dengan cara mengangkat bongkahan dan merobek – robek sambil disebarkan.

Rata – rata penebaran bibit rumput laut untuk 1 ha sekitar 1 – 1,5 ton pada awal penanaman. Seandenya pertumbuha rumput laut mencapai di atas 3% maka padat penebaran bisa ditingkatkan menjadi 2 ton/ha.

Setelah 7 – 10 hari kemudian klekap-klekap mulai tumbuh, benih bandeng ukuran glondongan segera ditebar dengan padat penebaram 1.500 ekor. Seminggu kemudian baru ditebar benih udang ukuran tokolan dengan padat penebaran 5.000 ekor.

d. Pemeliharan

Pemeliharaan dan pengawasan dilakukan setiap hari, dgn melakukan pengawasan pada kualitas air dan suhu air tambak.

Penggantian air tambak dilakukan dua kali seminggu . pemeliharaan tanaman dilakukan dengan membersihkan tanaman yang tertimbun lumpur.

Apabila pertumbuhan rumput laut kurang baik, dapat dilakukan pemupukan dng pupuk urea ataupun TSP dng konsentrasi 50 kg/ha.

e. Pengelolaan Air

Pengelolaan air tambak diutamakan dng menggunakan system gravitasi atau pasang surut air laut. Kualitas air baik, kuantitas cukup serta tidak tercemar dengan persayaratan :

1. Suhu air : 20 – 28 °C

2. Salinitas optimum : 15 – 37 permil

3. Ph : 6,8 – 8,2

4. Oksigen terlarut : 3 – 8 ppm

5. Kejernihan : air tidak terlalu keruh dan memungkinkan menerima sinar matahari

6. Polusi : jauh dari limbah industry

f. Pemberantasan Hama / Penyakit

Pemberantasan hama dilakukan dng penjagaan saluran masuk pintu air dng saringan , agar hama predator seperti ikan-ikan liar tidak masuk ke dalam tambak pemeliharaan.

Pemberantasan penyakit WHITE SPOT pada rumput laut dilakukan dng mengganti air tambak seminggu dua kali. Apabila dalam seminggu air tambak tidak diganti, maka pada thallus (batang) rumput alut akan terjadi bercak uang akan menghambat pertumbuhan rumput laut, bahkan dapat menyebabkan kematian.


BUDIDAYA RUMPUT LAUT DENGAN METODE LEPAS DASAR DAN METODE LONG LINE

METODE LONG LINE BUDIDAYA RUMPUT LAUT

Metode long line adalah metode budidaya dengan menggunakan tali panjang yang dibentangkan. Metode budidaya ini banyak diminati oleh masyarakat karena alat dan bahan yang digunakan lebih tahan lama, dan mudah untuk didapat. Teknik budidaya rumput laut dengan metode ini adalah menggunakan tali sepanjang 50 – 100 meter yang pada kedua ujungnya diberi jangkar dan pelampung besar, setiap 25 meter diberi pelampung utama yang terbuat dari drum plastik atau styrofoam. Pada setiap jarak 5 meter diberi pelampung berupa potongan styrofoam/karet sandal atau botol aqua bekas 500 ml.


Pada saat pemasangan tali utama harus diperhatikan arah arus pada posisi sejajar atau sedikit menyudut untuk menghindari terjadinya belitan tali satu dengan lainnya. Bibit rumput laut sebanyak 50 - 100 gram diikatkan pada sepanjang tali dengan jarak antar titik lebih kurang 25 cm. Jarak antara tali satu dalam satu blok 0,5 m dan jarak antar blok 1 m dengan mempertimbangkan kondisi arus dan gelombang setempat. Dalam satu blok terdapat 4 tali yang berfungsi untuk jalur sampan pengontrolan (jika dibutuhkan). Dengan demikian untuk satu hektar hamparan dapat dipasang 128 tali, di mana setiap tali dapat di tanaman 500 titik atau diperoleh 64.000 titik per ha. Apabila berat bibit awal yang di tanaman antara 50 – 100 gram, maka jumlah bibit yang dibutuhkan sebesar antara 3.200 kg – 6.400 kg per ha areal budidaya.


Panen dilakukan setelah rumput laut mencapai umur lebih kurang 45 hari dengan hasil panen rumput laut basah sebesar antara 25.600 kg – 51.200 kg (asumsi 1 rumpun bibit menjadi 8 kali lipat saat panen), kemudian di kurangi dengan persediaan benih untuk musim tanam berikutnya sebanyak antara 3.200 kg – 6.400 kg. Maka hasil panen basah yang siap untuk dikeringkan sebesar antara 22.400 kg – 44.800 kg atau diperoleh hasil panen rumput laut kering 2.800 – 5.600 kg (konversi dari basah menjadi kering 8 : 1). Panen untuk bibit sebanyak 6.400 kg sebaiknya dilakukan setelah berumur 25 – 30 hari.


Spesifikasi alat
1). Bahan dan alat utama :

Æ Tali titik ukuran PE 4 mm sebanyak 870 m (10 kg)
Æ Tali jangkar PE 10 mm sebanyak 750 m (50 kg)
Æ Tali jangkar sudut PE 6 mm sebanyak 420 m (10 kg)
Æ Jangkar tancap kayu 104 buah (jangkar karung semen 4 buah
Æ Pelampung styrofoam sebanyak 60 kg
Æ Pelampung botol aqua atau dari karet sendal secukupnya

2). Sarana penunjang :

Æ Perahu sampan 1 buah
Æ Timbangan gantung ukuran 50 kg
Æ Waring 50 m2
Æ Para-para penjemuran dari kayu atau bambu ukuran 6x8 m (3 unit)
Æ Pisau kerja sebanyak 5 buah
Æ Karung plastik ukuran 50 kg (640 lembar)

3). Sarana Operasional :
Æ Bibit rumput laut antara 3.200 kg - 6.400 kg

4). Produktifitas :
Æ Panen pertama (PI) = antara 25.600 kg – 51.200 kg/Ha
Æ Produksi = hasil panen pertama (PI) – Jumlah bibit = antara 22.400 kg - 44.800 kg
Æ Berat Kering = antara 2.800 kg – 5.600 kg (konversi 8 : 1)
Æ Waktu pembudidayaan 45 hari atau 4 - 5 kali selama 1 tahun tergantung lokasi

Lepas dasar dan long line

Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii)

Budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan pendapatan petani atau nelayan serta pemanfaatan lahan di pesisir pantai. Teknologi yang sederhana, daya serap pasar yang tinggi dan biaya produksi yang rendah merupakan kelebihan usaha budidaya rumput laut dibandingkan komoditas perikanan lainnya. Faktor penting yang sangat menentukan keberhasilan usaha budidaya rumput laut antara lain pemilihan lokasi, penggunaan bibit, metode budidaya serta penanganan selama pemeliharaan.


Pemilihan Lokasi

Agar mendapatkan lokasi budidaya yang tepat harus mempertimbangkan faktor resiko, pencapaian dan ekologis yang meliputi:

  • Lokasi harus terlindung dari terpaan angin dan gelombang yang besar untuk menghindari kerusakan fisik rumput laut
  • Dasar perairan yang baik bagi pertumbuhan rumput laut (Kappaphycus sp.) adalah potongan karang mati bercampur dengan pasir karang
  • Kedalaman berkisar antara 30 - 50 cm pada surut terendah, agar tidak mengalami kekeringan karena terkena sinar matahari secara langsung
  • Salinitas perairan berkisar antara 28 - 34 ppt dengan nilai optimum 32 ppt
  • Suhu perairan berkisar 27 - 30 derajat selsius
  • Kecerahan dengan angka transparansi sekitar 1,5 m
  • Kisaran pH antara 6 - 9 dan diharapkan mencapai nilai optimal dengan kisaran 7,5 - 8,0
  • Kecepatan arus yang dianggap baik berkisar antara 20 - 40 cm/detik
  • Mudah dijangkau atau dekat dengan sarana dan prasarana transportasi

Pemilihan Bibit

Pemilihan bibit dalam budidaya rumput laut merupakan hal yang sangat penting. Hal - hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut :

  • Bibit yang berupa stek dipilih dari tanaman yang segar, dapat diambil dari alam, tanaman budidaya, atau hasil kultur jaringan.
  • Bibit unggul mempunyai ciri bercabang banyak.
  • Bibit sebaiknya dikumpulkan dari perairan pantai sekitar lokasi usaha budidaya dalam jumlah yang memadai.
  • Pengangkutan bibit harus dilakukan dengan hati - hati dan cermat, dimana bibit harus tetap dalam keadaan basah.
  • Sebelum ditanam, bibit dikumpulkan pada tempat tertentu, seperti di keranjang atau jaring yang bermata kecil dan terhindar dari tumpahan bahan bakar minyak, kehujanan, dan kekeringan.

Metode Budidaya

Pada umumnya metode budidaya rumput laut K. alvarezii yang berkembang saat ini adalah metode permukaan (rakit atau tali rentang atau long line) dan metode lepas dasar. Sedangkan metode dasar atau metode sebar sudah jarang dilakukan.

Metode Permukaan :

  • Metode Rakit
    Bahan yang diperlukan adalah bibit tanaman rumput laut, potongan bambu berdiameter 8 - 12 cm, panjang 2,5 dan 5 meter, potongan bambu penyiku berdiameter 5 - 10 cm, tali rafia, tali pengikat bambu berdiameter 6 mm, tali ris diameter 4 mm, tali jangkar diameter 12 - 15 mm, serta jangkar dari besi, bongkah batu, atau adukan pasir. rakit dibuat dari bambu berukuran 2,5 x 5 m2, dimana satu unit usaha budidaya umumnya 10 rakit yang dirangkai dengan formasi 2 x 5 rakit. Bibit dengan kisaran bobot 50 - 150 gram diikat pada tali ris dengan jarak antar simpul 20 - 25 cm.
  • Metode Tali Bentang/Long Line
    Bibit dengan kisaran bobot 50 - 150 gram diikat pada tali bentangan nilon sepanjang 30 m dengan jarak antar simpul 15 cm. Setiap kali bentangan diberi pelampung sebanyak 5 buah untuk menjaga kestabilan bibit pada kedalaman 10 cm di bawah permukaan air selama pemeliharaan, Tali bentangan diikat pada tali ris utama dengan jarak 80 cm antar bentangan.

Metoda Lepas Dasar :

Bibit dengan berat 100 gram diikatkan pada seutas tali yang direntangkan dalam air dengan bantuan tiang pantang atau patok. Patok bambu atau kayu sepanjang 1 m ditancapkan sampai kira - kira setengah meter dan jarak tiap baris adalah 2,5 m.

Pemeliharaan dan Pemanenan

Selama pemliharaan, hal - hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

  • Pembersihan tanaman atau tumbuhan penempel atau benda - benda lainnya.
  • Penggantian tanaman yang rusak atau hilang dengan yang baru.
  • Perbaikan bangunan budidaya, seperti halnya tali atau jaring yang putus, tiang - tiang pancang yang tercabut dan bambu atau kayu yang patah.
  • Panen umumnya dilakukan bila tanaman telah mencapai berat 400 - 600 gram atau sekitar 30 - 45 hari sekali setelah panen berikutnya, hal ini sangat penting sehubungan dengan produksi karaginan yang diperoleh.
  • Panen dapat dilakukan secara total, yaitu dengan mengangkat seluruh tanaman atau secara berkala dengan pemetikan sebagian dari tanaman yang sudah besar serta menyisihkan sebagian untuk tumbuh dan berkembang lagi.

Hama dan Penyakit

Penyebab kegagalan budidaya rumput laut adalah masalah hama dan penyakit. Penyakit yang sering timbul pada rumput laut, khususnya dari jenis K. alvarezii adalah penyakit yang dikenal dengan nama "ice - ice" yang menyebabkan tanaman tampak memutih, kemudian mati. Ini disebabkan oleh terjadinya perubahan lingkungan yang ekstrim (arus, suhu dan kecerahan) sehingga dapat menimbulkan infeksi sekunder oleh mikroorganisme. Sedangkan hama rumput laut jenis ini antara lain bulu babi, bulu babi duri pendek, ikan beronang, bintang laut, dan penyu hijau. cara menghindari organisme tersebut yaitu dengan pemagaran di sekeliling tanaman dengan jaring.

Penanganan Pasca Panen

Hasil panen dijemur di bawah sinar matahari selama 2 - 3 hari. Rumput laut dapat dijemur beralaskan waring atau anyaman bambu, para - para, atau digantung dengan tali risnya, untuk menghindari kotoran. Rumput laut dikatakan sudah kering apabila telah kelihatan mersik/kaku, dan butiran - butiran garam sudah menempel di permukaan runput laut. Setelah kering dicuci air laut dengan menggunakan keranjang bambu, dengan cara dicelupkan ke dalam laut sambil digoyang - goyangkan. Penjemuran ulang dilakukan sehingga betul - betul kering kemudian dimasukkan ke dalam kantong atau karung. Selama penjemuran rumput laut tidak boleh terkena air hujan karena dapat mengakibatkan kerusakan.